Bertambahlah jumlah kaum Muslim hingga kaum Quraisy
merasakan ketakutan. Mereka mulai melihat bahawa penggunaan cara-cara kekerasan
tidak selalu berhasil. Kemudian mereka memilih untuk menggunakan cara baru,
yaitu bagaimana seandainya mereka menggunakan perdamaian dan perundingan.
Orang-orang Quraisy mengutus 'Utbah bin Rabi'ah, seorang lelaki yang terkenal
dengan kecerdasan dan kebijaksanaan sebagai juru runding.
'Utbah
berkata kepada Rasul saw: "Wahai anak saudaraku, kami mengetahui kedudukanmu di
sisi kami dari sisi nasab. Engkau datang kepada kaummu dengan suatu hal yang
besar di mana engkau memisahkan kelompok-kelompok mereka. Maka dengarkanlah aku
kerana aku ingin berbicara tentang beberapa hal. Barangkali engkau akan menerima
sebahagiannya." Rasul saw berkata: "Silakan berbicara wahai 'Utbah." 'Utbah
berkata: "Jika engkau menginginkan harta nescaya kami akan mengumpulkan harta
bagimu, sehingga engkau akan menjadi orang yang paling kaya di antara kami, dan
jika engkau menginginkan kehormatan, maka kami akan memberi kehormatan itu
bagimu dan jika engkau menginginkan kekuasaan, maka kami akan menyerahkan
kekuasaan padamu dan jika engkau terkena penyakit yang engkau tidak mampu
menolaknya dari dirimu, maka kami akan mencarikan tabib bagimu dan kami akan
mengeluarkan harta kami sehingga engkau sembuh."
Demikianlah 'Utbah mengakhiri pembicarannya. Kemudian ia
menunggu reaksi Nabi. Lalu Rasulullah saw berkata:
"Dengan
nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Haa miim. Diturunkan dari
Tuhan Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Kitab yang dijelaskan ayat-ayatnya,
yakni bacaan dalam bahasa Arab, untuk kaum yang mengetahui. Yang membawa berita
gembira dan yang membawa peringatan, tetapi kebanyakan mereka berpaling
(darinya);, maka mereka tidak (mau) mendengarkan. Mereka berkata: 'Hati kami
berada dalam tutupan (yang menutupi) apa yang kamu seru kami kepadanya dan di
telinga kami ada sumbatan dan antara kami dan kamu ada dinding, maka bekerjalah
kamu; Sesungguhnya kami bekerja (pula).' Katakanlah: 'bahawasanya aku hanyalah
seorang manusia seperti kamu, diwahyukan kepadaku bahawasanya Tuhan kamu adalah
Tuhan Yang Maha Esa, maka tetaplah pada jalan yang lurus menuju kepadanya dan
mohonlah ampun kepadanya. Dan kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang
mempersekutukan-(Nya) (yaitu) orang-orang yang tidak menunaikan zakat dan mereka
kafir akan adanya (kehidupan) akhirat. Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan
mengerjakan amal yang saleh mereka mendapat pahala yang tiada putus-putusnya.'
Katakanlah:'
Sesungguhnya patutkah kamu kafir kepada yang menciptakan
bumi dalam dua masa dan kamu adakan sekutu-sekutu bagi-Nya? (Yang bersifat)
demikian itulah Tuhan semesta alam. Dan dia menciptakan di bumi itu
gunung-gunung yang kukuh di atasnya. Dia memberkahinya dan Dia menentukan
padanya kadar makanan- makanan (penghuni)nya dalam empat masa. (Penjelasan itu
sebagai jawapan) bagi orang-orang yang bertanya. Kemudian dia menuju kepada
penciptaan langit dan langit itu masih merupakan asap, lalu Dia berkata
kepadanya dan kepada bumi: 'Datanglah kamu keduanya menurut perintah-Ku dengan
suka hati atau terpaksa.' Keduanya menjawab: 'Kami datang dengan suka hati.'
Maha Dia menjadikannya tujuh langit dalam dua masa dan Dia mewahyukan pada
tiap-tiap langit urusannya. Dan Kami hiasi langit yang dekat dengan bintang-
bintang yang cemerlang dan Kami memeliharanya dengan sebaik- baiknya.
Demikianlah ketentuan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui. Jika mereka
berpaling, maka katakanlah: 'Aku telah memperingatkan kamu dengan petir, seperti
petir yang menimpa kaum 'Ad dan kaum Tsamud." (QS. Fushilat: 1-13)
Rasulullah saw telah menjawab tawaran 'Utbah di mana beliau
memilih untuk menghadapi tawaran dan iming-iming tersebut dengan membaca
sebahagian dari surah Fhusilat yang merupakan salah satu surah Al-Qur'an yang
diturunkan oleh Allah SWT melalui malaikat Jibril. 'Utbah bangkit dari tempatnya
ketika Rasulullah saw sampai pada firman-Nya:
"Jika mereka berpaling, maka katakanlah: 'Aku telah
memperingatkan kamu dengan petir, seperti petir yang menimpa kaum "Ad dan kaum
Tsamud. " (QS. Fushilat: 13)
'Utbah
berdiri dalam keadaan takut dan segera menuju kaum Quraisy. Bayang-bayang azab
dunia terngiang di telinganya. Dan ketika ia sampai ke orang Quraisy, ia
mengusulkan agar orang-orang Quraisy membiarkan apa saja yang dilakukan
Muhammad. Gagallah perundingan dengan seorang Muslim yang pertama, yaitu
Rasulullah saw. Gagalnya perundingan tersebut sebagai bentuk pemberitahuan
tentang kembalinya tindak kekerasan dan penyeksaan terhadap sahabat-sahabat
Rasul saw. Kemudian kaum musyrik semakin meningkatkan penindasan terhadap kaum
Muslim. Rasulullah saw sangat menderita melihat hal yang dirasakan para
sahabatnya. Ketika kaum Muslim membayar harga yang paling mahal sebagai
konsekuensi dari akidah yang mereka anut dan mereka dengan sabar memikul
penderitaan di jalan Allah SWT, maka Rasulullah saw mengisyaratkan mereka untuk
berhijrah. Beliau memberikan izin untuk berhijrah bagi orang yang ingin hijrah.
Kemudian
Dimulailah gelombang hijrah. Itu terjadi pada lima tahun dari turunnya wahyu
setelah dua tahun diumumkannya dakwah. Maka berhijrahlah ke Habasyah enam belas
orang Muslim. Mereka keluar secara rahsia dan mereka menuju ke laut. Mereka
berlayar meskipun orang- orang yang tinggal di gurun sebenarnya tidak ingin
berlayar kerana mereka takut dari laut dan mereka yakin bahawa manusia yang
berlayar di laut akan menjadi ulat di atas kayu-kayu yang berenang.
Selanjutnya, gelombang hijrah yang kedua pun dimulai. Kali
ini diikuti oleh delapan puluh tiga orang laki-laki dan sembilan belas
perempuan. Kemudian orang-orang Quraisy berusaha untuk mengirim beberapa orang
dan tetap berusaha menyeksa dan menyakiti orang-orang yang berhijrah. Mereka
mengutus ke Najasyi, Raja Habasyah, orang-orang yang dapat mempengaruhinya untuk
menentang orang-orang yang berhijrah. Mereka menuduh kaum Muslim meninggalkan
agama nenek moyang mereka di Mekah dan mereka juga tidak menganut agama Najasyi,
yaitu agama Kristen. Kemudian orang-orang Quraisy tidak lupa mengirim hadiah
kepada Najasyi sebagai bentuk suapan kepadanya. Tampaknya Najasyi seorang yang
berakal lalu ia mengutus seseorang kepada kaum muhajirin dan bertanya kepada
mereka tentang agama baru yang mereka anut. Kemudian kaum muhajirin menceritakan
kepadanya tentang Islam.
Najasyi
bertanya tentang Isa lalu mereka menjawab: "Ia adalah hamba Allah SWT dan
rasul-Nya dan roh-Nya serta kalimat-Nya yang diletakkan kepada Maryam, wanita
yang perawan yang suci." Kemudian Najasyi mengambil satu kayu kecil dari bumi
dan mengatakan: "Penjelasan tentang Isa yang kalian katakan tidak lebih dari
kayu kecil ini. Pergilah kalian dan kalian akan aman." Najasyi mengembalikan
hadiah kaum Quraisy dan mengatakan: "Allah tidak mengambil suap dariku sehingga
aku tidak mungkin mengambilnya dari kalian."
Demikianlah kaum muhajirin tinggal di negeri yang damai,
yaitu Habasyah negeri yang dipimpin oleh seorang laki-laki yang diberi
kematangan berfikir di mana ia cenderung mengimani karakter al-Masih sebagai
seorang manusia. Dan salah satu keajaiban kekuasaan Ilahi adalah bahawa
masyarakat Islam yang berhijrah tersebut tidak mengalami kelemahan dalam
akidahnya, namun mereka justru merasakan kekuatan.
Allah
SWT memperkuat dakwah Islam dengan masuknya dua lelaki besar dalam Islam, yaitu
Hamzah, paman Nabi dan Umar bin Khatab. Kedua orang itu mempunyai keperibadian
yang tangguh di Mekah di mana masing-masing dari mereka terkenal di
tengah-tengah kaumnya. Allah SWT berkehendak untuk memberi Islam dua orang
lelaki yang tangguh di Mekah dan Allah SWT telah meletakkan rahmat yang
terpancar dalam hati mereka. Hamzah masuk Islam kerana dorongan emosi,
fanatisme, dan rahmat terhadap orang-orang yang tidak memberikan pembelaan
kepada Muhammad saw.
Salah
seorang perempuan berkata kepada Hamzah: "Seandainya engkau melihat apa yang
diperoleh oleh anak dari saudaramu, Muhammad dari Abil Hakam bin Hisyam (Abu
Jahal). Sungguh Abu Jahal telah mencelanya dan menyakitinya, sedangkan Muhammad
hanya terdiam dan tidak mengatakan apa-apa." Mendengar pengaduan itu, darah
mendidih berkobar dalam urat-urat Hamzah. Dengan kemarahan yang sangat, Hamzah
mencari-cari Abu Jahal lalu ia melihatnya sedang duduk-duduk di tengah-tengah
kaumnya. Hamzah mengangkat tangannya lalu memukulkannya ke kepala Abu Jahal
sambil berteriak: "Apakah engkau akan mengejek Muhammad, padahal aku berada di
atas agamanya."
Demikianlah permulaan keislaman Hamzah. Hamzah adalah
seorang yang mulia di mana perasaannya berkobar ketika ia melihat anak
saudaranya diseksa dan dianiayai dan dia tidak mendapati seorang pun yang
membelanya. Beginilah sebab-sebab pertama dari keislaman Hamzah, namun sebab
yang paling dalam dan yang paling menentukan adalah rahmat Allah SWT yang telah
dianugerahkan kepadanya, meskipun Hamzah tidak mengetahuinya, yaitu rahmat yang
mendorongnya untuk tidak membiarkan seseorang pun menyakiti lelaki yang
berdakwah di jalan Allah SWT hanya kerana ia seorang yang lemah dan tidak
mempunyai penolong. Jadi, Hamzah adalah penolongnya.
Sedangkan Umar bin Khatab terkenal dengan ketangguhan sikap
dan kekerasan perilaku. Seringkali kaum Muslim mendapat seksaan darinya ketika
ia masih menganut jahiliah. Dan salah seorang yang mendapatkan seksaan darinya
adalah Amir bin Rabi'ah dan isterinya. Amir berserta isterinya menetapkan untuk
berhijrah ke Habasyah. Umar bin Khatab menemuinya lalu ia mendapati isteri Amir
dan tidak menemukan suaminya. Umar melihat wanita itu sedang bersiap-siap untuk
berhijrah lalu Umar berkata (saat itu sumber rahmat telah memancar pada
dirinya): "Apakah engkau akan pergi wahai Ummu Abdillah?" Dengan nada jengkel,
wanita itu berkata: "Benar, demi Allah kami akan keluar dan menuju tanah Allah
SWT. Engkau telah menyeksa kami dan telah memaksa kami untuk berhijrah. Kami
akan pergi sehingga Allah SWT akan memberikan kelapangan kepada kami." Umar
berkata: "Mudah-mudahan Allah SWT menemanimu."
Wanita
itu melihat tanda-tanda kelembutan dan kesedihan pada wajah Umar. Dan ketika
suaminya kembali, ia menceritakan kepadanya bahawa ia sangat berharap kepada
keislaman Umar. Lalu suaminya menjawab: "Ia tidak mungkin masuk Islam sampai
keldai Umar masuk Islam." Ia mengatakan demikian kerana ia melihat betapa
bengisnya dan kejamnya Umar. Namun perasaan lembut wanita itu lebih kuat
daripada pandangan fikiran lelaki itu dan keputusannya yang terlalu cepat kepada
Umar.
Belum
lama mereka berhijrah sehingga Umar masuk Islam. Orang-orang muhajirin
mengeluarkan penutup sumur rahmat dalam dirinya. Dan barangkali Umar merasa
kebingungan lalu ia menetapkan untuk membunuh Rasul saw. Dengan menghunuskan
pedangnya, ia pergi menuju Rasul saw. Kemudian ia bertemu dengan orang-orang
yang memergokinya dalam keadaan kebingungan, lalu mereka bertanya kepadanya,
hendak ke mana ia akan pergi? Umar menjawab: "Aku hendak ke Muhammad aku akan
membunuhnya sehingga orang-orang Arab merasa tenteram." Dengan nada mengejek,
seseorang berkata: "Tidakkah engkau memulai dari keluargamu sebelum engkau
membunuh Muhammad." Dengan nada jengkel, Umar berkata: "Apa yang terjadi pada
keluargaku?" Lelaki itu menjawab: "Saudara perempuanmu dan suaminya telah masuk
Islam, sedangkan engkau tidak mengetahuinya." Umar segera mencari saudara
perempuannya dan suaminya di mana saat itu keduanya sedang membaca Al-Qur'an.
Ketika
melihat Umar, mereka menyembunyikan Al-Qur'an. Umar bertanya: "Sepertinya aku
mendengar suara bisikan dari luar." Tetapi saudara perempuannya mengatakan:
"Tidak." Kemudian suaminya ikut campur dan Umar pun tampak marah kepadanya.
Wanita itu bangkit untuk membela suaminya lalu Umar memukulnya sehingga darah
segar mengucur darinya. Darah itu justru membangkitkan sumber rahmat dari diri
Umar. Akhirnya, Umar mengambil air wuduk agar mereka mengizinkan untuk membaca
Al-Qur'an. Umar pun membacanya. Belum lama Umar membacanya sehingga ia pergi
menemui Rasul saw.
Tanpa
ragu, Umar memilih untuk masuk Islam. Dan pedang yang dibawanya itu menjadi
pedang yang paling kuat yang dengannya ia mempertahankan agama Muhammad saw.
Kemudian ia mengetuk pintu untuk menemui Rasul saw di mana saat itu beliau
bersama sahabatnya. Dari celah-celah pintu, sahabat Nabi melihat Umar bin Khatab
sedang menghunuskan pedang. Kemudian sahabat itu kembali kepada Nabi dengan
membawa berita yang sangat mengejutkan ini. Ia menduga bahawa Umar datang dengan
maksud jahat.
Rasulullah saw bangkit dan memerintahkan para sahabatnya
agar membiarkan Umar. Rasulullah saw membukakan pintu Kemudian ia menyambut Umar
bin Khatab dan bertanya kepadanya apa yang diinginkannya. Umar menjawab bahawa
ia datang untuk mengucapkan dan bersaksi bahawa tiada Tuhan selain Allah dan
Muhammad adalah utusan-Nya.
Orang-orang Quraisy mulai merasa bahaya akan mereka temui
setelah keislaman Umar dan Hamzah. Para tokoh-tokoh Mekah dan orang-orang yang
dihormati telah masuk Islam. Sebelum Umar masuk Islam, kaum Muslim bertawaf di
Ka'bah secara rahsia dan dengan malu-malu, namun ketika Umar masuk Islam ia
menampakkan keislamannya dan ia menantang orang yang mencegahnya untuk bertawaf,
bahkan banyak orang-orang memberikan jalan padanya saat tawaf. Mekah mengetahui
bahawa ia menghadapi suatu dakwah yang akan dapat mengubah jazirah Arab.
Rasa
ketakutan mulai menghantui para pemuka Quraisy dan mereka menetapkan metode baru
untuk menghadapi kaum Muslim. Mereka yang sebelumnya menggunakan metode
penghinaan dan pengejekan kini mulai mencuba untuk memblokade kaum Muslim secara
ekonomi dan kemanusiaan. Kaum musyrik mengadakan perkumpulan dan pertemuan untuk
memboikot kaum Muslim. Mereka mengadakan pertemuan itu di Ka'bah, sebagai
penghormatan kepadanya. Orang-orang musyrik menghormati Ka'bah meskipun mereka
memenuhinya dengan berbagai macam patung yang mereka sembah dalam rangka
mendekatkan mereka kepada Allah. Pasal kesepakatan itu menetapkan, hendaklah
penduduk Mekah tidak menjual barang apapun kepada kaum Muslim dan hendaklah
mereka tidak menikah dengan kaum Muslim. Dengan ketetapan yang kejam tersebut,
mereka ingin menghancurkan kaum Muslim dan membunuh perekonomian mereka.
Rasulullah saw dan orang-orang yang beriman kepadanya terpaksa berlindung di
dusun Bani Hasyim. Mereka dilindungi oleh keturunan Bani Muthalib, baik mereka
orang-orang kafir mahupun orang-orang beriman kecuali musuh Allah SWT, Abu Jahal
di mana ia bersama orang-orang Quraisy menentang kaumnya.
Kemudian
Dimulailah blokade ekonomi terhadap kaum Muslim di mana tidak ada makanan dan
minuman yang datang kepada mereka, sehingga penderitaan yang sulit kini dialami
oleh sahabat-sahabat Nabi. Ketika kafilah perdagangan datang ke Mekah dan salah
seorang dari sahabat Nabi menemui mereka di pasar untuk membeli makanan untuk
keluarganya, maka Abu Lahab berdiri dan berkata kepada para penjual, wahai para
pedagang, mahalkanlah dagangan kalian terhadap sahabat- sahabat Muhammad,
sehingga mereka tidak mampu membelinya dan aku menjamin kerugian yang kalian
alami, bahkan aku akan membeli apa saja yang ingin mereka beli dari kalian.
Mendengar hal tersebut, para pedagang pun menjual barang
dagangannya dengan harga yang tidak wajar, sehingga seorang Muslim kembali ke
rumah keluarganya tanpa membawa sedikit pun makanan. Kemudian pedagang itu pergi
ke Abu Lahab dan meminta kepadanya agar membeli barang yang ingin dibeli orang
Muslim. Demikianlah peperangan tersebut terus terjadi sehingga kaum Muslim
merasakan penderitaan yang sangat luar biasa di mana mereka dalam keadaan
kelaparan dan kekurangan pakaian yang layak. Peperangan ekonomi ini terjadi
selama tiga tahun penuh. Saking menderitanya para sahabat sampai-sampai Sa'ad
bin Abi Waqas pernah keluar pada suatu hari untuk memenuhi hajatnya, lalu ia
mendengar suara gemerencing di bawah air kencing. Tiba-tiba ia menemukan
sepotong kulit unta yang kering lalu ia mengambilnya dan membasuhnya. Kemudian
ia membakarnya dan mencucinya dengan air sampai bersih lalu ia menjadikannya
makanan selama tiga hari.
Selama
tiga tahun tersebut wahyu tetap turun kepada Rasul saw dan seakan-akan ia
melupakan bencana yang keras ini. Allah SWT ingin mendidik para pengikut
agama-Nya agar mereka mampu memikul segala penderitaan.
Meskipun
kaum Muslim mendapatkan berbagai ujian selama tiga tahun tersebut, tetapi
aktiviti dakwah Islam tidak pernah padam dan tidak pernah surut. Kaum Muslim
bertemu orang-orang selain mereka pada musim haji lalu mereka berbicara kepada
orang-orang tersebut tentang keberadaan Allah SWT dan mereka meminta kepada para
penghujung itu untuk mencari rahmat Allah SWT dan ampunan-Nya. Keteguhan kaum
Muslim dan keberanian mereka telah memikat banyak orang sehingga mereka masuk
Islam. Bahkan orang-orang musyrik mulai bertanya kepada diri mereka dan
mempertanyakan kebenaran apa tindakan mereka. Lalu kecemburuan kepada kebenaran
mulai menyerang hati.
Kemudian
Selesailah peperangan ekonomi terhadap kaum Muslim di mana kaum musyrik melihat
itu tidak berdampak terlalu besar bagi kaum Muslim. Meskipun kaum Muslim
menerima penderitaan dan kerugian namun jumlah mereka tetap bertambah dan
keimanan mereka semakin kuat serta kepercayaan kepada Allah SWT pun semakin
meningkat. Lalu datanglah tahun kesedihan kepada Nabi. Belum lama Rasulullah saw
merasakan dan menghirup udara segar setelah tiga tahun masa blokade dan beliau
ingin memulai kehidupan barunya dan dakwahnya, sehingga beliau dikejutkan dengan
kematian isteri tercintanya Ummul Mukminin Khadijah dan kematian bapa saudaranya
yang tercinta Abu Thalib.
Abu
Thalib adalah seorang yang besar yang memiliki kewibawaan di tengah-tengah kaum
Quraisy, sehingga usaha kaum Quraisy untuk menyakiti Nabi menjadi terbatas
ketika mereka berhadapan dengan "tembok perlindungan" Abu Thalib kepada
kemenakannya. Sedangkan Khadijah merupakan tempat perlindungan dan kedamaian
bagi Nabi. Ia adalah hati yang sangat penyayang yang banyak menghibur Nabi saat
beliau berdakwah. Khadijah adalah sebaik-baik teman dan sebaik-baik isteri.
Begitu juga, bagi Khadijah Rasulullah saw adalah sebaik-baik teman, sebaik-baik
suami, sebaik-baik pembantu, dan sebaik-baik sahabat.
Rasulullah saw sangat sedih ketika kehilangan dua orang
yang sangat berpengaruh dalam kehidupannya itu, bahkan para sejarawan menamakan
tahun tersebut dengan tahun kesedihan. Sebaliknya, orang- orang musyrik justru
bergembira dengan kesedihan Rasul saw itu. Mereka menganggap bahawa Rasul saw
tidak lagi memiliki seorang tua yang mampu melindunginya dan tidak lagi memiliki
seorang isteri yang dapat meringankan beban penderitaannya.
Setelah
kematian dua orang tersebut, penindasan dan penganiayaan kaum Quraisy kepada
Nabi semakin meningkat dan orang-orang musyrik memilih waktu yang tepat untuk
menyembelih binatang di Mekah lalu mereka membawa usus-usus atau jeroan dari
unta dan mereka melemparkannya dan meletakkannya di atas punggung Nabi saat
beliau sujud. Kemudian berita memilukan itu sampai kepada puteri tercintanya,
Fatimah az-Zahrah, sehingga ia segera datang dan berusaha membela ayahnya dan
membersihkan kotoran yang ada di pundak ayahnya itu. Demikianlah kemuliaan Siti
Fatimah az-Zahra yang senantiasa melindungi ayahnya.
Betapa
sedihnya Nabi saw ketika beliau melihat bahawa keadaan beliau sampai pada batas
di mana anak perempuan beliau pun turut membelanya. Namun beliau tetap bersabar
dalam berdakwah di jalan Allah SWT. Pada suatu hari beliau berfikir untuk pergi
ke Tha'if di mana di sana dihuni oleh kaum Tha'if. Barangkali beliau berkata
dalam dirinya: jika di sini aku mendapati hati-hati yang telah membeku dan telah
berhubungan mesra dengan kebatilan lalu mengapa aku tidak pergi ke Tsaqif.
Barangkali Allah SWT akan membukakan pintu dakwah di sana. Mungkin di sana masih
terdapat hati yang akan terbuka guna menerima kebenaran.
Saat itu
kaum musyrik memperlakukan blokade umum atas dakwah yang dipimpin oleh
Rasulullah saw sehingga tekanan kepada beliau semakin meningkat sampai pada
batas di mana pergerakan dakwah tidak dapat bergerak satu langkah pun. Keadaan
demikian ini sangat menggelisahkan Nabi. Beliau ingin untuk melepaskan belenggu
yang mengikatnya. Lalu beliau memutuskan untuk pergi ke Tha'if. Jarak antara
Mekah dan Tha'if lebih dari tujuh puluh kilo meter. Nabi menempuh perjalanan itu
dengan jalan kaki, pergi dan pulang.
Kita
tidak mengetahui pemikiran-pemikiran apa yang terlintas dalam benak Rasulullah
saw saat beliau pergi dan menemui kabilah yang kafir kepada Allah SWT ini. Yang
kita ketahui adalah bahawa beliau pergi ke sana dengan membawa rahmat dunia dan
akhirat. Tetapi mereka justru membalas sikap baik Rasulullah saw itu dengan
tindakan Jahiliah. Mereka bersikap buruk kepada beliau dan mendustakannya.
Rasulullah saw tinggal di sana selama sepuluh hari. Beliau
mundar-mandir dari satu rumah ke
rumah yang lain dan dari pasar ke pasar yang lain dan dari satu jalan ke jalan
yang lain. Tak seorang pun yang mendengar kedatangan beliau di sana; tak seorang
pun yang mahu mendengar dakwah beliau dan tak seorang pun yang mahu beriman
kepada ajakannya. Bahkan masyarakat di situ semakin menjadi-jadi dalam menyerang
Rasulullah saw dan mengejeknya.
Pada
hari yang terakhir yang mana beliau telah menetapkan untuk kembali ke Mekah.
Rasulullah saw berdiri di Tha'if dan mengharap kepada masyarakat di sana agar
merahsiakan kunjungannya kepada mereka sehingga pencelaan yang beliau terima di
Mekah terhadap agama yang dibawanya tidak semakin menjadi-jadi. Tetapi penduduk
Tha'if menolak permohonan yang terakhir ini. Mereka tidak cukup melakukan hal
itu tetapi mereka melakukan perbuatan terburuk yang dilakukan manusia terhadap
sesama manusia. Mereka menahan keluarga orang-orang yang bodoh dan orang-orang
biasa untuk membentuk dua barisan dan memerintahkan mereka untuk melempari
Rasulullah saw dengan batu dan mengejeknya. Nabi keluar dari Tha'if dan beliau
mendapatkan lemparan bertubi-tubi dari keluarga Tha'if bahkan beliau merasakan
kepedihan saat kakinya terkena lemparan batu itu sehingga darah suci mengucur
dari kaki beliau.
Kemudian
Rasulullah saw diusir sehingga beliau sampai di suatu kebun yang dimiliki oleh
dua orang dari orang-orang kaya Tha'if. Di sana beliau duduk di bawah naungan
pohon anggur. Dua orang pemilik kebun itu merasa kasihan melihat keadaan orang
yang terusir dan terluka itu. Mereka membawa kepadanya setangkai anggur dengan
seorang pembantu. Pembantu mereka adalah seorang Nasrani yang bernama Adas. Si
pembantu meletakkan setangkai anggur itu depan Rasul saw lalu beliau
menghulurkan tangannya kepadanya sambil berkata: "Bismillahirahmanirrahim
(Dengan nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang). Adas berkata kepada
Nabi, perkataan ini tidak begitu dikenal oleh penduduk negeri ini. Nabi berkata:
"Anda
dari daerah mana?" Adas menjawab: "Aku adalah seorang Nasrani dari Nainawa."
Nabi berkata: "Apakah engkau dari desa lelaki soleh Yunus bin Mata?" "Bagaimana
engkau tahu tentang Yunus?, sambung lelaki itu. Nabi berkata: "Itu adalah
saudaraku. Ia adalah seorang Nabi aku pun seorang Nabi."
Mendengar jawapan Rasul saw, Adas segera merobohkan
tubuhnya di depan kedua kaki Rasul saw lalu ia menciuminya sambil menangis.
Akhirnya, pembantu Nasrani itu masuk Islam sehingga ia menambah barisan kaum
Muslim. Ia adalah seorang yang menjadi Muslim ketika Rasulullah saw berhijrah ke
Tha'if. Inilah harga yang harus dibayar Rasulullah saw selama dua minggu saat
beliau berada di Tha'if, dan kemudian beliau terkena cubaan dengan mengucurnya
darah dari kaki beliau akibat lemparan batu penghuni Tha'if.
Kemudian
Rasulullah saw kembali ke Mekah beliau kembali dalam keadaan ditolak oleh
penduduk Tha'if dan kini beliau kembali menerima penolakan itu di Mekah.
Meskipun demikian, beliau merasakan kesedihan yang mendalam melihat sikap
kaumnya. Namun ketika kebencian semakin deras mengalir kepada beliau, hati
beliau justru semakin bersemangat dan semakin dipenuhi dengan rahmat kemudian
datanglah kepada Nabi masa di mana tampak di dalamnya Islam asing, dan tampak di
dalamnya Nabi seorang diri, tanpa penolong.
Pada
saat demikian ini ketika manusia mulai meninggalkan Rasulullah saw lalu langit
turut campur dan terjadilah peristiwa besar dan mukjizat terbesar pada diri
Nabi, yaitu Isra' dan Mi'raj. Ia adalah mukjizat yang tidak berhubungan dengan
dakwah Islam; ia tidak datang untuk memperkuat dakwah ini atau menetapkannya
tetapi ia datang semata- mata untuk memperkuat keteguhan Nabi dan sebagai
penghormatan kepadanya. Seakan-akan Allah SWT ingin berkata kepada Nabi, jika
saja penduduk bumi tidak memujimu, maka penduduk langit mengenal kedudukanmu dan
memberikan pujian yang layak kepadamu dan jika manusia menolak dakwahmu dan
menolak keberadaanmu, maka sesungguhnya Allah SWT memilihmu dan memuliakanmu.
Untuk
melihat tanda-tanda kebesaran-Nya, munculnya mukjizat Isra' dan Mi'raj dalam
sejarah para nabi sebagai mukjizat satu-satunya yang tiada tandingannya
dibandingkan dengan kisah nabi yang lain. Kita mengetahui bahawa di deretan para
nabi ada nabi-nabi yang dinamakan oleh Allah SWT sebagai para kekasih-Nya dan
sebagai para pendamping-Nya, seperti Nabi Ibrahim. Kita juga melihat bahawa di
antara para nabi ada seseorang yang diajak bicara oleh Allah SWT tanpa
perantara, seperti Nabi Musa. Kita juga melihat di antara para nabi ada yang
didukung oleh Allah SWT dengan Ruhul kudus, seperti Nabi Isa. Tetapi untuk
pertama kalinya kita berada di hadapan seorang nabi yang diajak dan dipanggil
oleh Allah SWT untuk menuju ke sisi-Nya.
Beliau
naik bersama Jibril dengan jasadnya dan rohaninya sehingga Jibril berdiri di
suatu tempat dan Nabi maju sendirian. Itu adalah tingkat dari tingkat kehormatan
di mana pena terasa keluh untuk mengungkapkannya dan sejarawan tidak dapat
menulis apa yang terjadi saat itu. Kita telah melihat dalam kisah para nabi
seorang nabi yang meminta kepada Tuhannya agar memperlihatkan kepadanya
bagaimana Dia menghidupkan orang-orang yang mati. Allah SWT bertanya kepadanya,
apakah ia belum beriman akan hal itu? Ibrahim menjawab: bahawa ia beriman tetapi
ia ingin menenangkan hatinya.
Kita
juga melihat dalam kisah para nabi seorang nabi yang cintanya kepada Allah SWT
memancar dalam kalbunya sehingga ia meminta: "Ya
Tuhanku, nampakkanlah (diri Engkau) kepadaku agar aku dapat melihat kepada
Engkau". (QS. al-A'raf: 143)
Namun
Allah SWT menjawab kepada Musa tentang kemustahilan melihat Allah SWT atas
manusia. Nabi Musa memahami bahawa makhluk manapun tidak akan mampu menahan
beban penampakan dari Zat sang Pencipta.
Adapun
Muhammad bin Abdillah ia tidak bertanya kepada Tuhannya dan meminta kepadanya
untuk diberi mukjizat atau kejadian yang luar biasa; ia tidak meminta kepada
Tuhannya agar dapat melihat Zat-Nya dan ia tidak berusaha mencari ketenangan
dalam hatinya. Cintanya kepada Allah SWT termasuk bentuk cinta yang sulit untuk
difahami atau diselami kedalamannya oleh para tokoh pencinta dan cintanya
tersebut bukan termasuk bentuk yang menimbulkan berbagai pertanyaan. Cinta
beliau melampaui tingkat permintaan menuju ke tingkat penyerahan dan kepuasan
atau ridha. Segala sesuatu yang menggelisahkan Nabi adalah ridha Allah SWT.
Rasulullah saw berkata saat beliau dalam keadaan ditolak
dan diusir dan terluka akibat perbuatan kaum Tha'if: "Jika Engkau tidak murka
kepadaku, maka aku tidak peduli dengan mereka."
Lihatlah
tingkat cinta yang tinggi itu: bagaimana tingkat tersebut menyebabkan beliau
merasa rendah diri sehingga beliau berkata, "jika Engkau tidak murka kepadaku
..." Seakan-akan beliau tidak menginginkan selain ridha Allah SWT dan yang
beliau khuatirkan adalah kemarahan Allah SWT.
Sungguh
adab yang diterapkan Rasulullah saw kepada Tuhannya adalah adab yang paling
layak dan paling tinggi yang sesuai dengan kedudukan beliau sebagai orang Muslim
yang paling sempurna.
Demikianlah mukjizat Isra' dan Mi'raj. Mukjizat yang
tujuannya adalah menghormati keperibadian Rasulullah saw; mukjizat yang
membangkitkan peranan akal dan hati secara bersama. Para nabi tanpa terkecuali
didukung oleh berbagai macam mukjizat yang terjadi di muka bumi bahkan para nabi
yang diangkat ke langit seperti Nabi Idris dan Nabi Isa, maka pengangkatan
mereka sebagai bentuk menyelamatkan mereka dari usaha pembunuhan atau
penyaliban. Mukjizat mereka saat mereka diangkat ke langit adalah bentuk akhir
dari aktiviti mereka di muka bumi.
Ini
adalah kali pertama ketika kita mendapati suatu mukjizat yang tempat utamanya di
langit; suatu mukjizat yang terwujud bersama seorang Nabi yang diangkat ke
langit dengan jasadnya dan rohaninya saat beliau masih hidup. Di sana Allah SWT
memperlihatkan kepadanya tanda- tanda kekuasaan-Nya. Kemudian beliau kembali ke
bumi di mana beliau akan mendapatkan berbagai macam tantangan dan cubaan yang
biasa diterima oleh penduduk bumi. Muhammad bin Abdillah adalah manusia yang
pertama melewati planet bumi dan beliau menembus bulan dan matahari dan
bintang-bintang. Kita menyaksikan di zaman kita manusia pertama atau astronaut
pertama yang mampu menembus ruang angkasa. Ruang angkasa itu baru dapat
ditembusi oleh manusia setelah empat belas abad dari turunnya risalah Muhammad
saw, namun sejak empat belas abad yang lalu Nabi Islam telah dapat menembus
ruang angkasa itu, bahkan beliau mencapai Sidratul Muntaha dan puncak
al-Muntaha.
Beliau
sampai pada batas yang di situlah alam makhluk diakhiri dan beliau menembus alam
ghaib. Bukankah syurga bahagian dari alam ghaib? Beliau sampai di syurga. Allah
SWT menamakannya dengan Jannatul Ma'wah. Beliau sampai pada batas terputusnya
ilmu manusia dan tiada yang mengetahui hakikat ilmu tersebut kecuali Allah SWT.
Mukjizat Isra' bukanlah mukjizat Mi'raj, meskipun kedua-duanya terjadi di satu
malam. Peristiwa Isra' dan Mi'raj dikutip oleh dua surah yang berbeza dalam Al-
Qur'an al-Karim. Allah SWT berfirman tentang mukjizat Isra':
"Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada
suatu malam dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha yang telah Kami berkali
sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebahagian dari tanda-tanda
(kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui."
(QS. al-Isra': 1)
Sedangkan berkaitan dengan mukjizat Mi'raj, Allah SWT
berfirman:
"Dan sesungguhnya Muhammad telah melihat Jibril itu (dalam
rupanya yang asli) pada waktu yang lain, (yaitu) di Sidratul Muntaha. Di
dekatnya ada syurga tempat tinggal. (Muhammad melihat Jibril) ketika Sidratul
Muntaha diliputi oleh sesuatu yang meliputinya. Penglihatannya (Muhammad) tidak
berpaling dari yang dilihatnya itu dan tidak (pula) melampauinya. Sesungguhnya
dia telah melihat sebahagian tanda-tanda (kekuasaan) Tuhannya yang paling
besar." (QS. an-Najm: 13-18)
Pada
malam Isra' dan Mi'raj, Nabi Muhammad berkeliling di sekitar Ka'bah dan berdoa
kepada Allah SWT. Beliau dalam keadaan pucat wajahnya dan kedua air matanya
mengucur; beliau tidak bertawaf bersama seseorang pun; beliau tawaf sendirian
lalu orang-orang kafir dan orang-orang musyrik memandang beliau dengan pandangan
kebencian saat beliau bertawaf dan berdoa. Allah SWT melihat hamba-Nya yang
khusyuk itu lalu Allah SWT menurunkan perintah-Nya kepada Ruhul Amin yaitu
malaikat Jibril agar menemani hamba-Nya dari Masjidil Haram menuju Masjidil
Aqsha Kemudian membawanya naik ke langit agar dia dapat melihat tanda-tanda
kebesaran Tuhannya.
Di suatu
rumah yang mulia dan sederhana dari rumah-rumah yang ada di Mekah, Nabi saw
sedang tidur dan datanglah waktu pertengahan malam. Jibril turun dan memasuki
rumah sang Rasul saw. Jibril as berdiri di sisi kepala sang Nabi dan ia melihat
kepadanya dengan pandangan cinta. Pandangan Jibril itu membangunkan Rasul saw
kemudian beliau membuka kedua matanya dan bangkit dari tempat tidurnya.
Jibril
berkata kepada Nabi saw, salam kepadamu wahai Nabi yang mulia. Allah SWT ingin
agar engkau melihat sebahagian tanda-tanda kebesaran- Nya di alam. Kemudian
Jibril berjalan bersama Nabi saw. Mereka keluar dari rumah dan beliau
menyaksikan Buraq yaitu makhluk yang menyerupai burung dan mempunyai sayap
seperti burung garuda; makhluk yang terbuat dari kilat. kerana itu, ia dinamakan
dengan Buraq. Kilat adalah listrik dan listrik adalah cahaya. Cahaya adalah
makhluk yang tercepat yang kita kenal di bumi. Kilauan cahaya pada satu detik
saja mencapai 186 ribu mil. Kita
tidak akan terlibat terlalu jauh tentang kenderaan luar angkasa yang digunakan
dalam perjalanan itu; kita tidak akan bertanya bagaimana Nabi saw menembus alam
ruang angkasa tanpa ada latihan sebelumnya dan berapa lama waktu yang beliau
gunakan untuk pulang pergi; kami juga tidak akan bertanya tentang kecepatan
Buraq; kami tidak hairan dengan usaha penembusan luar angkasa ini; kita tidak
akan bertanya tentang semua itu kerana
kita mempunyai satu jawapan dari
semuanya: Allah SWT berkehendak agar hal itu terjadi dan untuk itu Allah SWT
mengatakan kun jadilah, maka jadilah.
Para
ulama berselisih pendapat tentang apakah Isra' dan Mi'raj terjadi dengan roh
saja atau dengan rohani dan jasad sekaligus. Ahli hakikat mengatakan bahawa itu
terjadi dengan roh dan jasad. Tentu perselisihan itu berakibat pada perselisihan
akal dan terjerumus dalam perangkap kaifa (bagaimana) dan bertanya tentang
kekuasaan Allah SWT dan usaha untuk menundukkan masalah ini terhadap sebab-sebab
yang biasa atau hukum-hukum kita yang alami atau logik kemanusiaan. Allah Maha
Suci dan Maha Tinggi dari semua itu. Apakah seseorang akan bertanya, bagaimana
Rasulullah saw naik berserta roh dan fiziknya ke puncak segala puncak di langit
kemudian beliau kembali sebelum tempat tidurnya dingin? Mukjizat apa yang
terjadi di sini yang melebihi mukjizat berubahnya air mani menjadi manusia dan
berubahnya benih menjadi pohon atau mukjizat air yang menghidupkan tanah, atau
ia mampu memuaskan kehausan si dahaga atau mukjizat cinta yang mengikat dua hati
yang belum pernah mengenal?
Sementara itu, Buraq menundukkan badannya kepada Nabi saw
kemudian Nabi saw menungganginya bersama Jibril dan Buraq pergi bagaikan anak
panah dari cahaya di atas gunung Mekah dan pasir-pasir menuju ke utara. Jibril
mengisyaratkan agar menuju arah gunung Saina' lalu Buraq itu berhenti. Jibril
berkata di tempat yang diberkati ini, Allah SWT berdialog dengan Musa as.
Kemudian Buraq kembali pergi ke Baitul Maqdis, Nabi saw turun dari pesawat ini
yang berjalan lebih cepat dari cahaya dan jutaan kali lebih cepat darinya dan ia
tidak berubah dari cahaya.
Nabi
berjalan bersama Jibril dan memasuki Baitul Maqdis. Beliau memasuki masjid dan
beliau mendapati semua nabi sedang menunggunya di sana. Allah SWT membangkitkan
gambar para nabi-Nya dari kematian dan mengumpulkan mereka di Masjid Aqsha. Para
malaikat memberinya suatu bejana yang di dalamnya terdapat susu dan bejana yang
lain yang di dalamnya terdapat khamer. Lalu beliau memilih susu dan meminumnya.
Dikatakan pada beliau, sesungguhnya engkau telah memilih fitrah dan umatmu akan
memilih fitrah.
Para
nabi mengitari Rasul saw dan datanglah waktu solat. Para nabi bertanya di antara
sesama mereka, siapa di antara mereka yang menjadi imam solat, apakah itu Adam,
Nuh, Ibrahim, Musa atau Isa? Jibril berkata kepada Muhammad saw, sesungguhnya
Allah SWT memerintahkanmu untuk solat bersama para nabi. Rasulullah saw berdiri
dan solat bersama para nabi. Mereka semua adalah orang-orang Muslim dan beliau
adalah orang-orang Muslim yang pertama. Secara logik bahawa beliau layak menjadi
imam dari para nabi sebagaimana kitabnya dijadikan kitab yang terbaik daripada
kitab-kitab yang mendahuluinya. Beliau membacakan Al-Qur'an kepada mereka dan
beliau menangis saat membacanya. Kekhusyukan beliau saat membacanya membuat para
nabi pun menangis. Dan ketika para nabi sujud di belakang imam mereka,
pohon-pohon dan bintang-bintang pun turut bersujud.
Selesailah waktu solat dan para nabi membubarkan diri.
Setiap nabi kembali ke langit yang mereka tinggal di dalamnya. Nabi keluar dari
masjid bersama Jibril dan mereka kembali menunggang Buraq seperti panah dari
cahaya. Buraq semakin meninggi dan ia melewati langit pertama lalu beliau
menyaksikan Nabi Adam. Kemudian ada panggilan dari Allah SWT: "Hendaklah
hamba-Ku semakin meninggi dan menjauh." Kemudian hamba Allah SWT Muhammad bin
Abdillah semakin terbang menjauh ia melampaui langit demi langit. Beliau
melampaui tempat materi dan mulai menjangkau tempat rohani dan melewatinya.
Beliau bersiap berdiri di haribaan Ilahi; beliau semakin tinggi dan jauh di
tingkat dan di puncak rohani dalam kecepatan yang tidak kurang dari kecepatan
kilat.
Beliau
melampaui kedudukan Nabi Adam di langit pertama dan melampaui kedudukan Nabi
Yahya dan Nabi Isa di langit kedua. Lalu Tuhan pemilik kemuliaan memanggil,
"hendaklah hamba-Ku lebih tinggi lagi." Kemudian hamba Allah SWT dan Nabi-Nya
yang mulia mencapai tingkat yang lebih tinggi lagi. Beliau melampaui langit yang
ketiga, keempat, kelima, keenam, dan ke tujuh. Beliau melampaui alam materi
semuanya dan melampaui alam rohani. Akhirnya, beliau sampai ke Sidratul Muntaha.
Beliau sampai di tempat yang suci yang Allah SWT menamakannya dengan sebutan
Sidratul Muntaha dan di sana Nabi melihat dan menyaksikan Jannatul Ma'wa. Beliau
menyaksikan yang kita tidak mampu mengetahuinya dan memahaminya bahkan
membayangkannya:
"(Muhammad melihat Jibril) ketika Sidratul Muntaha diliputi
oleh sesuatu yang meliputinya. Penglihatannya (Muhammad) tidak berpaling dari
yang dilihatnya itu dan tidak (pula) melampauinya." (QS. an-Najm: 16-17)
Sungguh
terjadilah pada tempat itu apa yang terjadi dengannya. Dengan kebesaran yang
misteri ini, Allah SWT memberitahu kita bahawa terjadilah hal penting di sana
meskipun hakikat hal tersebut tersembunyi dari kita. Sesuatu yang Allah SWT
sembunyikan dari kita tersebut disaksikan oleh Rasul saw. Itu adalah mukjizat
yang khusus baginya; itu adalah tingkat cinta yang tidak tersingkap tabirnya
kerana ketinggiannya yang tidak mampu ditangkap oleh pengetahuan manusia biasa.
Kemudian
Tuhan pemilik syurga dan neraka memanggil, "hendaklah hamba-Ku lebih tinggi
lagi." Hamba Allah SWT Muhammad bin Abdillah menaik ke tempat yang tinggi. Kali
ini beliau melihat Jibril yang berada di belakangnya lalu beliau mendapatinya
dalam keadaan bertasbih kepada Allah SWT. Jibril tidak berada dalam wujud
manusia seperti yang Nabi saksikan ketika berada di dunia. Jibril as kembali ke
dalam wujud malaikatnya. Nabi melihat Jibril dan ia merupakan tanda
kebesaran Allah SWT yang Allah SWT
janjikan untuk di perlihatkan kepadanya:
Penglihatannya (Muhammad) tidak berpaling dari yang
dilihatnya itu dan tidak (pula) melampauinya." (QS. an-Najm: 17)
Pemandangan itu terjadi dengan hati dan mata serta panca
indera yang dikenal dan yang tidak dikenal. Pemandangan itu benar-benar jelas.
Di sana bukan mimpi, bukan khayalan, dan bukan gambaran. Rasul saw melihat semua
itu dengan jasadnya dan rohaninya:
"Penglihatannya (Muhammad) tidak berpaling dari yang
dilihatnya itu dan tidak (pula) melampauinya." (QS. an-Najm: 17)
Kemudian
Rasulullah saw menuju ke tempat yang tinggi dan lebih tinggi lagi. Beliau
semakin naik ke tingkat yang makin tinggi sampai beliau berdiri di hadapan Tuhan
Pencipta langit dan bumi dan Penebar kasih sayang di dunia dan di akhirat. Orang
Muslim yang paling sempurna itu bersujud di hadapan Tuhan Sang Pencipta sambil
berkata: "Sungguh penghormatan dan keberkatan serta selawat yang baik tertuju
hanya kepada Allah SWT." Allah SWT membalasnya: "Salam kepadamu wahai Nabi dan
rahmat Allah SWT serta berkat-Nya juga tercurah kepadamu." Para malaikat pun
ketika mendengar ucapan itu bertasbih dan mengatakan: "Salam kepada kita dan
kepada hamba-hamba Allah SWT yang soleh."
Ungkapan-ungkapan tersebut merupakan permulaan tahiyat
(penghormatan) yang diucapkan orang-orang Muslim saat mereka melaksanakan solat
pada setiap hari. Solat telah diwajibkan atas kaum Muslim pada kesempatan yang
besar ini. Hal popular di kalangan umumnya kaum Muslim adalah, bahawa Allah SWT
mewajibkan atas Nabi mula-mula lima puluh solat sehari. Kemudian Nabi turun dari
langit lalu beliau menemui Nabi Musa. Selanjutnya Nabi Musa bertanya kepadanya
tentang jumlah solat yang diwajibkan Allah SWT kepada umatnya. Nabi menceritakan
bahawa Allah SWT telah menentukan lima puluh kali solat. Nabi Musa berkata
sungguh umatmu tidak akan kuat untuk melakukan solat itu, maka kembalilah kepada
Tuhanmu dan mohonlah kepadanya agar Dia meringankan bagi umatmu. Lalu Nabi
kembali kepada Tuhan-Nya sehingga Allah SWT meringankan solat hingga sepuluh
kali. Setelah itu, Nabi kembali bertemu dengan Nabi Musa. Lagi-lagi Nabi Musa
memperingatkannya. Kemudian Nabi kembali lagi kepada Allah SWT sehingga sampai
diturunkan solat dari lima puluh kali menjadi lima kali sehari. Namun solat yang
lima kali itu pahalanya sama dengan solat yang lima puluh kali.
Menurut
hemat kami, kisah tersebut tidak memiliki sandaran dalam kitab-kitab ulama yang
benar-benar teliti. Kami kira, kisah itu tersebut merupakan rekayasa orang-orang
Yahudi di mana mereka masuk Islam dan mereka memenuhi kitab-kitab dengan
dongeng-dongeng khurafat dan mereka menisbatkannya kepada Rasul. Prasangka
tersebut didukung oleh pemilihan Musa sebagai seorang Nabi yang mengusulkan
kepada Rasul saw agar meminta keringanan atas umatnya sehingga terkesan Nabi
Musa menjadi seseorang yang lebih mengetahui sesuatu yang tidak diketahui oleh
Nabi Muhammad. Kami sendiri cenderung untuk menolak kisah tersebut dengan
keyakinan bahawa pertemuan Nabi dengan Allah SWT menimbulkan rasa kebesaran dan
kewibawaan yang luar biasa sehingga ketika Nabi telah pergi, maka sangat berat
baginya untuk kembali lagi.
Nabi
menyaksikan dan melihat hal-hal yang tidak mampu diungkap oleh lisan dan tidak
mampu ditulis dengan pena. Beliau berada di suatu keadaan yang tidak dapat
difahami oleh manusia biasa. Al-Qur'an al- Karim sengaja tidak menyebutkan apa
saja yang di lihat oleh Nabi kerana itu merupakan rahsia antara Nabi dan
Tuhannya dan mukjizat yang khusus yang diperuntukkan baginya sebagai bentuk
penghormatan kepadanya. Jadi Al-Qur'an sengaja tidak menyebutkan itu semua untuk
menegaskan bahawa beliau melihat tanda dari tanda-tanda kebesaran Tuhannya.
Kami
tidak mengetahui apa yang di lihat oleh Nabi. Hal yang dapat kami bayangkan
adalah, bahawa Nabi bersujud dengan khusyuk di hadapan Tuhannya dan beliau
menangis kerana gembira. Kesedihan hatinya telah hilang selamanya. Setelah Nabi
melihat rahsia dan setelah penghormatan yang besar ini, beliau kembali menemani
Buraq dan pergi bersama Jibril untuk kembali ke bumi. Beliau kembali dan
mendapati tempat tidurnya masih dingin. Bagaimana beliau pergi dan kembali
sementara tempat tidurnya belum dingin? Berapa lama waktu yang diperlukannya
saat melakukan perjalanan tersebut? Hanya Allah SWT semata yang mengetahui. Yang
kita ketahui adalah, bahawa Rasulullah saw kembali ke tempat tidurnya setelah
Isra' dan Mi'raj dan hatinya dipenuhi dengan kegembiraan serta dadanya dipenuhi
dengan ketenangan dan kepuasan serta kefanaan dalam cinta kepada Allah SWT.
Kemudian
datanglah waktu pagi. Nabi menceritakan perjalanan dan pengalaman tersebut
kepada sahabat-sahabatnya dan orang-orang Musyrik sehingga berimanlah
orang-orang yang beriman padanya dan mendustakan kepadanya orang-orang yang
mendustakannya. Namun beliau tidak peduli dengan semua itu. Nabi terus
melangsungkan perjuangannya dengan penuh kesabaran.
Akhirnya, datanglah suatu masa di mana Nabi saw mengetahui
bahawa dakwah Islam di Mekah telah mengalami penekanan yang luar biasa sehingga
keadaan sangat tidak mendukung bagi kaum Muslim. Rasulullah saw bergerak dengan
dakwahnya. Lalu Allah SWT mewahyukan kepadanya agar ia berhijrah. Kemudian
mulalah Nabi berhijrah di jalan Allah SWT setelah tiga belas tahun beliau di
Mekah. Islam ingin membangun negaranya dan ingin menghilangkan pengepungan dan
serangan kaum musyrik. Mula-mula terjadilah perubahan sedikit dalam keadaan kaum
Muslim.
Rasulullah saw keluar dalam musim haji untuk menunjukkan
dirinya pada kabilah-kabilah Arab sebagaimana yang beliau lakukan pada setiap
musim. Beliau berada di tempat yang bernama 'Aqabah, lalu beliau bertemu dengan
jemaah dari Khazraj. Rasulullah saw berkata kepada mereka, "siapa kalian?"
Mereka menjawab: "Kami berasal dari kelompok Khazraj." Beliau berkata. "apakah
kalian termasuk pembantu kaum Yahudi?" Mereka menjawab, "benar." Beliau berkata,
"maukah kalian duduk bersama aku kerana aku ingin sedikit berbicara dengan
kalian." Mereka menjawab: "Boleh." Kemudian mereka duduk bersama Nabi lalu
beliau mengajak mereka untuk mengikuti agama Allah SWT.
Rasulullah saw sedikit menceritakan Islam kepada mereka dan
membacakan Al-Qur'an. Enam orang mendengarkan apa yang disampaikan oleh Nabi
saw. Setelah beliau selesai dari pembicaraannya, mereka membenarkannya dan
beriman kepadanya. Kemudian mereka menceritakan kepada Nabi saw bahawa mereka
meninggalkan kaumnya kerana kaum mereka terlibat peperangan dan kebencian.
Mudah- mudahan Allah SWT mengumpulkan mereka dengan kedatangan Nabi saw yang
mulia ini. Mereka memberitahu Nabi saw bahawa mereka akan menceritakan kepada
kaumnya apa yang mereka dengar dari Nabi saw dan akan mengajak mereka untuk
memenuhi dakwah Nabi.
Keenam
lelaki itu kembali ke kota Madinah yang berubah namanya menjadi Madinah
Munawarah yang sebelumnya ia bernama Yatsrib di zaman jahiliah. Allah SWT
berkehendak untuk meneranginya dengan Islam. Para lelaki itu kembali ke Madinah
dan mereka membawa Islam di hati mereka sehingga banyak orang yang masuk Islam.
Kemudian
datanglah musim haji dan keluarlah dari Madinah dua belas orang lelaki dari
orang-orang yang beriman yang di antara mereka terdapat enam orang yang
Rasulullah saw telah berdakwah kepada mereka pada musim yang dulu dan Nabi saw
menemui mereka di 'Aqabah. Kemudian Nabi melakukan solat pada mereka agar mereka
mempertahankan keimanan dan membela dakwah kebenaran serta kemanusiaan.
Kaum
lelaki itu kembali ke Madinah disertai salah seorang yang terpercaya dari tokoh
Islam yaitu Mus'ab bin Umair di mana ia menjadi utusan Rasulullah saw di Madinah
dan ia mengajari manusia tentang agama mereka dan membacakan kepada mereka
Al-Qur'an dan menyerukan kebenaran kepada manusia sehingga tersebarlah Islam di
Madinah. Penduduk Madinah mulai bertanya-tanya, mengapa saudara- saudara kita
kaum Muslim Mekah ditindas? Mengapa Rasul saw keluar untuk berdakwah dan
menebarkan rahmat tetapi beliau justru mendapatkan angin kebencian? Sampai kapan
kita akan membiarkan Rasulullah saw teraniaya dan terusir di Mekah?
Demikianlah, pergilah tujuh puluh orang ke Mekah, tujuh
puluh orang dari penduduk Madinah Munawarah. Mereka pergi ke 'Aqabah dalam
keadaan sendirian dan berkelompok-kelompok. Islam telah menghasilkan buah
pertamanya dalam hati mereka sehingga hati mereka dipenuhi cinta kepada Allah
SWT dan Rasul-Nya serta kaum Muslim. Penderitaan yang dialami kaum Muslim
mempengaruhi jiwa mereka dan mencegah mereka dari mendapatkan kenikmatan tidur
dan nikmatnya memakan dan nikmatnya kehidupan. Orang-orang yang baik itu datang
dan berniat kepada Rasul saw untuk membela beliau menolongnya dan melindunginya
serta siap untuk mati di jalannya. Mereka datang setelah hati mereka diliputi
oleh Islam dan mereka memberikan segala sesuatu untuk dakwah yang baru; mereka
datang sebagai pencinta-pencinta kebenaran.
Kitab-kitab hadis yang suci meriwayatkan apa yang terjadi
pada baiat 'Aqabah al-Kubra. Dalam kitab tersebut dikatakan bahawa Abbas Ibnu
Abdul Muthalib datang bersama Nabi dan saat itu ia masih berada dalam agama
kaumnya. Ia ingin menyelesaikan urusan anak pamannya. Ketika ia duduk dan
berbicara, ia mengatakan suatu pernyataan yang mengisyaratkan bahawa Muhammad
saw mendapatkan kemuliaan dari kaumnya dan kekuatan di negerinya tetapi ia
enggan dan memilih untuk bergabung bersama kalian wahai penduduk Madinah. Jika
kalian memenuhi janjinya dan melindunginya, maka ambillah ia, namun jika kalian
khawatir jika suatu saat nanti akan mengkhianatinya, maka mulai dari sekarang
biarkanlah ia di negerinya.
Kata-kata Abbas tersebut berasal dari fanatisme kesukuan
dan ikatan darah keluarga namun penduduk Madinah tidak begitu peduli dengan
kalimat Abbas itu kerana ia bukan termasuk dari agama mereka dan ia tidak
mengetahui tingkat cinta kepada Rasul saw yang mereka capai. Abbas bin Abdul
Muthalib menunggu jawapan dari penduduk Madinah. Lalu mereka berkata kepadanya,
"Kami telah mendengar apa yang engkau katakan, maka berbicaralah ya Rasulullah,
ambillah untuk dirimu dan Tuhanmu apa saja yang engkau sukai."
Kita
ingin mengamati jawapan sekelompok orang yang mukmin dari penduduk Madinah ini
sehingga Rasulullah saw berbicara. Jawapan yang dicari oleh Abbas bin Abu
Muthalib tersembunyi dalam pernyataan Nabi. Demikianlah setelah Rasulullah saw
mengucapkan kalimatnya, maka tidak keluar penyataan apa pun. Cukup hanya Nabi
yang berbicara dan mereka hanya menaatinya. Mereka meminta kepada beliau agar
mengambil pada dirinya dan Tuhannya apa saja yang beliau sukai; mereka merasa
tidak memiliki apa-apa dan tidak memiliki keputusan. Nabi berbicara lalu beliau
membaca Al-Qur'an dan mengajak ke jalan Allah SWT. Kemudian beliau berbicara
tentang Islam dan beliau membaiat mereka agar membantu beliau sehingga mereka
pun membaiat kepadanya. Demikianlah terjadinya baiat 'Aqabah al-Kubra.
Orang-orang yang terpilih oleh Allah SWT itu mengetahui
bahawa sebentar lagi mereka akan diajak untuk mengangkat senjata: mereka diajak
untuk mendapatkan kematian di bawah naungan pedang. Mereka menenangkan
Rasulullah saw bahawa beliau akan mendapati orang-orang yang sudah terlatih
dalam peperangan kerana mereka mewarisi dari datuk-datuk mereka.
Salah
seorang dari tujuh puluh orang itu menyebutkan masalah yang penting. Abul
Haitsyam berkata: "sesungguhnya di antara orang-orang Madinah dan Yahudi
terdapat suatu tali ikatan, maka mereka boleh jadi akan memutuskannya lalu,
apakah sikap yang harus kita ambil jika mereka lakukan hal itu dan memusuhi
orang-orang Yahudi," kemudian Allah SWT menolong Nabi dan memenangkan atas
kaumnya, lalu ia kembali kepada mereka dan meninggalkan mereka di bawah kasih
sayang orang-orang Yahudi.
Perhatikanlah bahawa pertanyaan tersebut berkisar pada
kecintaan kepada Nabi dan keinginan agar Nabi tetap bersama mereka selama
perjalanan hari dan bulan. Masalah yang dituntut oleh Abbas bin Abdul Muthalib
secara jelas adalah masalah perlindungan mereka kepada Nabi, di mana hal
tersebut tidak lagi diperdebatkan oleh orang-orang yang terpilih dari penduduk
Madinah. Namun masalah yang mereka inginkan adalah masalah perlindungan Nabi dan
keberadaan Nabi bersama mereka di Madinah.
Nabi
tersenyum dan beliau mengatakan kalimat-kalimat yang justru menekankan bahawa
ikatan akidah lebih kuat daripada ikatan darah. Beliau berkata: "Tetapi darah
adalah darah dan kehancuran adalah kehancuran. Aku dari kalian dan kalian dariku
aku akan memerangi orang-orang yang kalian perangi dan aku akan berdamai dengan
orang- orang yang kalian berdamai dengan mereka."
Akhirnya, penduduk Madinah pergi dan kembali ke negeri
mereka. Kemudian berita tentang baiat ini sampai ke telinga orang-orang Mekah
dan para tokoh musyrik, lalu mereka justru menambah penekanan kepada Rasulullah
saw dan kaum Muslim.
Para
preman Mekah berkumpul di Darul Nadwah. Mereka menetapkan akan mengambil sesuatu
keputusan penting berkaitan dengan Nabi. Salah seorang dari mereka mengusulkan
agar beliau dibelenggu dengan besi lalu dibuang di penjara sehingga beliau mati
kelaparan. Sebahagian lagi mengusulkan agar beliau dibuang dari Mekah dan
diusir. Abu Jahal mengusulkan agar mereka mengambil dari setiap keluarga dari
keluarga- keluarga Quraisy seorang pemuda yang kuat, kemudian setiap dari mereka
diberi pedang yang terhunus dan hendaklah mereka memukulkan pedang itu ke tubuh
Nabi. Jika mereka berhasil membunuhnya nescaya semua kabilah bertanggungjawab
terhadap darah sang Nabi dan Bani Hasyim tidak akan mampu menuntut dan memerangi
orang Arab semuanya dan mereka akan menerima diat sebagai tebusan dari
pembunuhan itu. Demikianlah persekongkolan itu digelar dan mereka sepakat untuk
melaksanakan hal itu. Namun Al-Qur'an al-Karim menyingkap persekongkolan yang
dilakukan orang-orang kafir itu dalam firman-Nya:
"Dan (ingatlah), ketika orang-orang kafir memikirkan tipu
daya terhadapmu untuk menangkap dan memenjarakanmu atau membunuhmu, atau
mengusirmu. Mereka memikirkan tipu daya itu. Dan Allah sebaik-baih Pembalas tipu
daya." (QS. al-Anfal: 30)
Allah
SWT mewahyukan kepada Nabi-Nya agar ia berhijrah. Lalu Nabi mulai menyiapkan
sarana-sarana untuk hijrahnya. Beliau menyembunyikan urusan tersebut bahkan
beliau tidak memberitahu sahabat yang akan menemaninya. Rasulullah saw menyewa
seorang penunjuk jalan yang pengalaman yang mengenal padang gurun seperti
mengenal garis-garis tangannya. Yang menghairankan penunjuk jalan itu adalah
seorang musyrik. Demikianlah Nabi meminta bantuan kepada orang yang ahli tanpa
memperhatikan keyakinannya.
Kemudian
datanglah malam pelaksanaan kejahatan itu. Rasulullah saw memerintahkan Ali bin
Abi Thalib untuk tidur di tempat tidumya di malam tersebut. Datanglah
pertengahan malam dan Rasulullah saw pun keluar dari rumahnya. Para pemuda Mekah
mengepung rumah. Mereka menghunuskan pedangnya. Nabi menggenggam tanah lalu
beliau melemparkannya ke arah kaum sehingga mereka pun merasa kantuk sehingga
Nabi saw dapat menembus kepungan mereka. Beliau keluar dari Mekah dan berhijrah.
Dengan langkah yang diberkati ini, kaum Muslim menanggali tahun-tahun mereka.
Tahun
dalam Islam adalah tahun Hijrah, sedangkan kaum Masihi menanggali tahun mereka
dengan kelahiran Isa dan ini disebut dengan tahun Masihi. Adapun tahun-tahun
Islam, maka ia ditanggali pertama kalinya saat Rasulullah saw keluar berhijrah
di jalan Allah SWT. Hijrah Rasul bukan hanya lari dari penindasan tetapi lari
dari kebekuan; hijrah tersebut bukan keluar dari keamanan tetapi keluar dari
bahaya. Islam di Mekah hanya dapat mempertahankan dirinya tetapi ketika ia
keluar ke Madinah ia mempertahankan dirinya ketika menyerang. Dan selama
beberapa tahun masa yang dihabiskan di Mekah, tak seorang dari kaum Muslim yang
mengangkat senjata. Ketika mereka keluar ke Madinah, mereka mulai membawa
senjata dan mulai menyalakan obor peperangan. Islam mulai membawa senjata
sebagaimana luka akan sembuh dengan syarat jika diubati. Nabi saw mengetahui
bahawa Islam tidak akan menghabiskan usianya hanya untuk melawan serangan pada
dirinya; Islam ingin tersebar; Islam ingin mendirikan negaranya yang pertama
yaitu suatu negara yang belum pernah dikenal di muka bumi negara seperti itu.
Negara yang mencapai keadilan, kasih sayang, dan idealisme yang begitu luar
biasa di mana hukum Allah SWT ditegakkan dan kehormatan manusia benar-benar
dijaga.
Inilah
kedalaman hijrah yang mengesankan yaitu pendirian negara Islam setelah
sebelumnya membangun individu masyarakat Muslim. Setelah Rasul saw membangun
masyarakat Muslim dan membangun masjid, maka beliau membangun suatu negara
Islam. Selanjutnya, sayap-sayap dakwah mengepak.
Kami
kira pembaca tidak akan bertanya, apa gunanya pembangunan masjid ditingkatkan
sementara Islam masih mengalami penindasan di muka bumi. Kami kira pembaca lebih
pintar daripada orang yang tidak mengetahui bahawa masjid yang dibangun
Rasulullah saw di Madinah bukan tempat peristirahatan dari keletihan, tetapi
masjid merupakan pusat dari kepemimpinan pergerakan Islam dan kepemimpinan
menuju peperangan Islam.
Manusia
mandi di masjid dengan cahaya Allah SWT setelah itu mereka mandi di kancah
peperangan dengan darah mereka. Pertanyaannya adalah, siapakah di antara mereka
yang akan terbunuh di jalan Allah SWT sebelum saudaranya? Demikianlah perlumbaan
dalam perbaikan terjadi di antara mereka. Dengan cara demikianlah Islam
tersebar.
Sementara itu, Nabi berlindung di suatu gua; di gunung yang
bernama Tsur. Beliau masuk ke gua itu bersama sahabatnya Abu Bakar. Dan orang-
orang musyrik pergi menyusul beliau dengan membawa pedang mereka. Lalu mereka
sampai ke gunung itu. Abu Bakar berkata kepada Rasul saw dengan keadaan gelisah,
"seandainya salah seorang mereka melihat di bawah kakinya nescaya mereka akan
melihat kita."
Dengan
tenang, Rasulullah saw menepis kegelisahan Abu Bakar dan berkata: "Wahai Abu
Bakar apa yang kamu kira dengan dua orang yang ada di tempat yang sepi sementara
Allah SWT menjadi ketiga di antara mereka?" Sebelum Rasulullah saw mengakhiri
kalimatnya, terdapat laba- laba yang selesai dari menenun rumahnya di atas pintu
gua. Kitab-kitab sejarah mengatakan bahawa kaum musyrik mengikuti jejak sang
Nabi sehingga mereka sampai di gunung Tsur lalu di situlah mereka mengalami
kebingungan. Mereka mendaki gunung dan mendaki gua itu. Lalu mereka melihat di
atas pintu gua itu terdapat tenunan laba-laba. Mereka mengatakan, seandainya
seseorang masuk di dalamnya nescaya tidak akan terdapat tenunan laba-laba di
atas pintunya. Beliau tinggal di gua itu selama tiga malam.
Demikianlah keimanan tenunan laba-laba yang lembut
dimenangkan atas ketajaman pedang kaum musyrik sehingga Nabi bersama sahabatnya
pun selamat. Kini, kedua orang itu menuju Madinah. Dan Madinah pun menyambut
mereka. Ketika Rasulullah saw dan sahabatnya memasuki Madinah, mula-mula
masyarakat tidak mengenal siapa di antara mereka yang menjadi Rasul kerana
saking baiknya sikap Rasul terhadap sahabatnya. Akhirnya, Nabi menerangi kota
Madinah. Beliau membangun masjid dan mendirikan negaranya serta memerangi
musuh-musuhnya dan tersebarlah Islam dan Mekah pun ditaklukkan dan Baitul Haram
disucikan.
Beliau
menanamkan dalam akal dan hati suatu cahaya yang tidak akan pernah padam.
Kemudian berlangsunglah sepuluh tahun yang dilewatinya di Madinah di mana beliau
tidak menggunakannya untuk berleha-leha. Demikian juga selama masa tiga belas
tahun yang beliau lalui di Mekah, beliau pun tidak mendapatkan istirahat yang
cukup. Semua kehidupan beliau hanya untuk Allah SWT dan hanya untuk Islam. Beban
berat yang dipikul oleh punggung beliau yang mulia lebih berat dari beban yang
dipikul oleh gunung. Meskipun beliau seorang diri, tetapi beliau mampu memikul
amanat yang pernah Allah SWT tawarkan kepada langit dan bumi serta gunung namun
mereka pun enggan untuk memikulnya. kerana mereka menyedari bahawa mereka tidak
akan mampu memikulnya. Lalu datanglah beliau dan beliau pun mampu memikul amanat
itu dan melaksanakannya secara sempurna. Yaitu amanat untuk menyampaikan agama
Allah SWT; amanat untuk menyucikan
akal manusia dari polusi khayalisme dan khurafatisme: amanat yang mewarnai
kehidupan dengan hanya sujud kepada Allah SWT.
Kemudian
mengalirlah dalam memori Nabi saw suatu arus dari gambar- gambar hidup:
bagaimana saat beliau memasuki Madinah. Lewatlah di hadapan akal beberapa memori
dan nostalgia: bagaimana wahyu yang turun kepadanya dengan membawa risalah di
gua Hira, kemudian berubahlah pandangan dan bertiuplah angin kebencian
kepadanya, bahkan angin itu membawa pasir-pasir tuduhan-tuduhan yang dilemparkan
ke wajah suci beliau. Beliau berdiri sambil tersenyum dan hatinya dipenuhi
dengan kesedihan di hadapan gelombang gurun dan kesendirian serta badai
kesengsaraan. "Wahai manusia, tiada Tuhan selain Allah SWT. Demikianlah kalimat
yang beliau katakan. Meskipun kalimat itu tampak sederhana namun ia mampu
membangkitkan dunia. Dan bergeraklah patung-patung yang begitu banyak yang
memenuhi kehidupan dan mereka membekali dirinya dengan kegelapan dan kebencian
yang dialamatkan kepada sang Nabi. Para pembesar. para penguasa, wang, emas,
serta kebencian dan kedengkian syaitan yang klasik dan banyaknya orang-orang
munafik, semua ini menjadi musuh nyata sang Nabi pada saat beliau mengatakan
"tiada Tuhan selain Allah SWT." Nabi mengingat kembali Waraqah bin Nofel ketika
menceritakan kepadanya apa yang terjadi dan apa yang dialami beliau di gua Hira.
Tidakkah ia mengatakan kepadanya bahawa kaumnya akan mengusirnya?
Hari-hari hijrah sangat panjang dan berat. Matahari sangat
dekat dengan kepala dan rasa panas sangat mencekik tenggorokan dan rasa pusing-
pusing pun semakin meningkat. Setelah hijrah, Nabi memasuki Madinah. Beliau
disambut oleh kaum Anshar dengan sambutan luar biasa. Beliau datang sendirian
lalu mereka menolongnya; beliau datang dalam keadaan takut lalu mereka
mengamankannya; beliau datang dalam keadaan lapar lalu mereka memberinya
makanan; beliau datang dalam keadaan terusir lalu mereka memberikan
perlindungan.
Bangunan
Islam mulai ditancapkan di Madinah. Beliau mulai membangun negaranya setelah
beliau membangun sumber daya manusia Islam yang tangguh. Yang pertama kali
dibangunnya adalah sumber daya Islam, setelah itu beliau baru membangun negara.
Tidak ada nilai yang bererti dari satu sistem yang hanya berdasarkan
prinsip-prinsip besar yang tidak lebih dari sekadar tinta di atas kertas.
Penerapan prinsip-prinsip adalah tolok ukur final dari nilai apa pun yang
diperlakukan di dunia. Dan Islam telah berhasil menerapkan pada masa-masa
pertamanya suatu sistem yang belum pernah dikenal dalam kehidupan manusia suatu
sistem seperti itu. Yaitu sistem yang menunjukkan keadilan, persaudaraan, dan
kasih sayang yang mengagumkan. Hal yang pertama kali dilakukan Rasulullah saw
adalah membangun masjid di mana di situlah unta yang ditungganginya berhenti.
Masjid itu tampak sederhana. Tikarnya terdiri dari pasir-pasir dan batu-batu.
Tiangnya terbuat dari batang-batang kurma. Barangkali ketika turun hujan, maka
tanahnya akan menjadi lumpur kerana
mendapat siraman air hujan. Mungkin ketika angin bertiup dengan kencang, maka ia
akan mencabut sebahagian dari atapnya.
Di
bangunan yang sederhana ini, Rasulullah saw mendidik generasi Islam yang tangguh
yang dapat menghancurkan orang-orang yang lalim dan para penguasa yang bejat dan
mereka mampu mengembalikan kebenaran ke singgahsananya yang terusir dan
terampas. Mereka mampu menyebarkan Islam di muka bumi. Masjid itu tampak kecil
dan sederhana sekali tetapi ia dipenuhi dengan kebesaran; masjid itu tidak
menunjukkan kemewahan sama sekali. Di dalamnya Al-Qur'an dibaca lalu orang-orang
yang mendengarnya menganggap bahawa mereka benar dan mendapatkan perintah harian
untuk menerapkan dan melaksanakan apa- apa yang mereka dengar.
Al-Qur'an dibaca di masjid bukan seperti nyanyian yang
orang-orang duduk akan merasa terpengaruh dengan keindahan nyanyian dan suara
pembaca. Dan masjid di dalam Islam bukanlah tempat satu-satunya untuk ibadah.
Menurut kaum Muslim semua bumi adalah masjid namun masjid adalah simbol
peradaban yang beriman kepada Allah SWT dan hari akhir, sebagaimana ia
menyuarakan ilmu, kebebasan dan persaudaraan.
Semua
Nabi berbicara tentang persaudaraan dan mengajak kepadanya dengan ribuan
kata-kata. Sedangkan Rasulullah saw telah mewujudkan persaudaraan itu secara
praktis, yakni ketika karakter masyarakat saat itu mencerminkan Al-Qur'an. Nabi
mulai mempersaudarakan kaum muhajirin dan Anshar di mana sahabat Anshar Sa'ad
bin Rabi', seorang kaya dari Madinah dipersaudarakan dengan Abdul Rahman bin
'Auf, seorang yang berhijrah dari Mekah. Sa'ad berkata kepada Abdul Rahman:
"Sesungguhnya, tanpa bermaksud sombong, aku memang memiliki harta yang banyak
daripada kamu. Aku telah membagi hartaku menjadi dua bahagian dan sebahagiannya
aku peruntukan bagimu. Lalu aku mempunyai dua orang wanita, maka lihatlah siapa
di antara mereka yang mampu memikatmu sehingga aku menceraikannya lalu engkau
dapat menikahinya." Abdul Rahman bin 'Auf menjawab: "Mudah-mudahan Allah SWT
memberkatimu, keluargamu, dan hartamu. Di manakah pasar yang engkau berdagang di
dalamnya?"
Abdul
Rahman bin 'Auf keluar menuju ke pasar untuk bekerja. Ia kembali dan membawa
sesuatu yang dapat dimakannya. Ia menolak dengan lembut sikap baik Sa'ad dan
kedermawanannya. Ia bersandar pada keimanan kepada Allah SWT dan lebih memilih
untuk bekerja dan membanting tulang. Tidak berlalu hari demi hari kecuali ia
tetap bekerja sehingga ia mampu untuk membekali dirinya dan melaksanakan
pernikahan.
Demikianlah masyarakat Islam terbentuk dan menampakkan
identitinya berdasarkan cinta, kebebasan, musyawarah, dan jihad. Pekerjaan
menurut Islam bukan suatu penderitaan untuk mendapatkan roti atau potongan
daging sebagaimana dikatakan peradaban kita masa kini, tetapi pekerjaan dalam
Islam melebihi ruang lingkup materi ini dan menuju puncak yang lebih tinggi:
"Dan katakanlah: 'Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya
serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu. " (QS. at-Taubah: 105)
Kesedaran bahawa apa yang kita kerjakan akan di lihat oleh
Allah SWT menjadikan pekerjaan itu mendapat cita rasa yang lain. Yaitu suatu
rasa yang melampaui nikmatnya memakan roti dan daging. Setelah bekerja,
datanglah cinta. Cinta dalam Islam bukan hanya perasaan yang menetap dalam hati
dan tidak diwujudkan oleh suatu perbuatan; cinta dalam Islam merupakan langkah
harian yang akan mengubah bentuk kehidupan di sekitar manusia menuju yang lebih
tinggi dan mulia.
Seorang
Muslim mencintai Tuhannya Pencipta alam semesta dan mencintai Rasulullah saw dan
mencintai kaum Muslim dan orang-orang yang berdamai dengan orang-orang Muslim,
meskipun keyakinan mereka berbeza dengannya. Bahkan seorang Muslim mencintai
makhluk secara keseluruhan: ia mencintai anak-anak, haiwan, bunga, pasir dan
gunung bahkan benda-benda mati pun mendapat cinta dari seorang Muslim. Seorang
Muslim jika dia benar-benar seorang Muslim akan merasakan cinta yang dialami
oleh Nabi Daud terhadap alam dan lingkungan di sekitarnya. Ini adalah perasaan
sufi yang tinggi. Seorang Muslim akan mewarisi cinta yang sebenarnya seperti
yang diwarisi Nabi Isa terhadap lingkungan yang baik yang ada di sekitarnya di
mana ketika Nabi Isa melihat tubuh anjing yang mati, maka Nabi Isa tidak melihat
selain keputihan giginya.
Demikianlah cinta yang tersebar dalam kehidupan kaum Muslim
di mana cinta itu pun tertuju kepada binatang dan benda-benda mati. Cinta
demikian ini tidak akan terwujud dengan suatu keputusan dan tidak ditetapkan
dengan suatu undang-undang, tetapi cinta itu datang biasanya akibat dari
kepuasaan akal dan hati dengan adanya kepemimpinan besar yang hati cenderung
kepadanya dan akal mengambil darinya. Dan yang dimaksud dengan kepemimpinan
besar tersebut adalah keberadaan sang Nabi. Beliau adalah cermin terbesar dari
tingkat cinta yang tertinggi. Beliau adalah seorang yang paling banyak berbuat
demi Islam dan paling banyak sedikit mengharapkan balasan darinya. Meskipun
beliau seorang pemimpin namun beliau hidup dalam kesederhanaan. Beliau adalah
seorang tentera yang paling sederhana. Tempat tidurnya bersih tetapi kasar, dan
rumahnya tidak menampakkan kesibukan yang di dalamnya memasak berbagai macam
hidangan. Beliau justru menyiapkan hidangan yang sangat sederhana. Makanan utama
beliau adalah roti kering yang dicampur dengan minyak. Keinginan besar beliau
adalah tersebarnya dakwah Islam.
Kaum
Muslim menyedari bahawa kesempurnaan Islam tidak akan terwujud kecuali ketika
cinta Allah SWT dan Rasul- Nya lebih didahulukan daripada cinta diri sendiri,
cinta kepada wanita, cinta kepada anak, kepentingan, kekuasaan, kehidupan, dan
apa saja yang tidak ada hubungannya dengan Allah SWT dan Rasul-Nya. Demikianlah
kaum Muslim sangat mencintai pemimpin mereka lebih dari kehidupan peribadi
mereka. Di samping pekerjaan dan cinta tersebut, didirikanlah pemerintahan Islam
yang berdasarkan kaedah-kaedah kebebasan, musyawarah dan
jihad.
Kebebasan dalam Islam bukan sekadar perhiasan yang
dilekatkan kepada tubuh Islam tetapi ia merupakan tenunan dari sel-sel yang
hidup itu. Allah SWT telah membebaskan kaum Muslim dari penyembahan selain
dari-Nya. Dengan demikian, runtuhlah semua belenggu yang hinggap di atas akal,
hati, dan masyarakat. Seorang Muslim memiliki - dalam Islam - suatu kebebasan
yang diberikan kepadanya agar ia melihat sesuatu dengan akalnya dan mendebat
segala sesuatu dengan akalnya. Dan hendaklah ia merasa puas dengan sesuatu yang
dapat menenteramkan hatinya. Kebebasan dalam Islam bukan kebebasan mutlak yang
menjurus kepada anarkisme dan diskriminasi tetapi kebebasan dalam Islam adalah
kebebasan yang bertanggungjawab.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan